blackcobra18

MACET OH MACET

Unknown | 15:35 |
Titik kemacetan di kota Bandung semakin hari semakin bertambah saja, hal tersebut dikarenakan beberapa titik tersebut sedang mengalami perbaikan jalan dan sebagian lagi karena memang sudah biasa menjadi titik lalu lintas yang cukup sibuk terutama ketika menjelang jam masuk kerja dan sekolah. Beberapa titik yang sudah biasa menjadi pusat keramaian lalu lintas biasanya yaitu daerah pinggiran yang menjadi penghubung antara kota dan kabupaten, dan kalau dilihat arus lalu lintas dari kabupaten menuju kota jauh lebih besar dan padat dibanding sebaliknya. Artinya : banyak kegiatan yang dilakukan di wilayah perkotaan entah itu dalam bentuk ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.

Urbanisasi menjadi salah satu faktor yang paling berdampak besar terhadap kemacetan lalu lintas. Sedangkan tidak meratanya pembangunan menjadi salah satu faktor terjadinya urbanisasi. Lihat saja, berapa ribu orang yang setiap hari hilir mudik dari desa ke kota untuk bekerja ? Berapa ribu orang yang setiap hari hilir mudik dari desa ke kota untuk sekolah ? Berapa ribu orang yang setiap hari hilir mudik dari desa ke kota untuk kuliah ?

Dan itu pula, artinya tidak adanya keseimbangan antara kota dan kabupaten dalam hal ekonomi, pemerataan pembangunan, sosial, budaya, fasilitas dan sarana dan lain-lain. Memang, beberapa kebijakan / kebudayaan yang berjalan seperti contohya : pendirian kawasan industri yang sebagian besar berada di daerah pinggiran / kabupaten sudah sesuai kalau dilihat dari segi pemerataan pembangunan, lingkungan, akses jalan ataupun kemudahan akses dalam mendapatkan bahan baku bagi industri.

Tapi sudah cukupkah ? baik itu porsinya, faedahnya, akibatnya dan lain sebagainya? Sebagai contoh : suatu kawasan industri di Bandung Selatan mempekerjakan satu juta pekerja, apa yang terjadi nyata di lapangan? sebanyak hampir 80% pekerjanya berasal dari luar daerah, beberapa diantaranya menetap dan sebagian lagi tidak. Dan untuk orang pribumi ( Bandung Selatan ) sebagian besar bekerja di luar daerah pula ( kota ).

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya situasi yang kontradiktif, di satu sisi pihak kabupaten / desa mendapatkan pendapatan dari sumber pendapatan daerah ( Industri ). Tapi di satu sisi pihak kabupaten / desa mendapatkan kerugian dari efek industri seperti lingkungan, kemacetan, lain-lain dan yang paling tidak bisa di toleran yaitu sisi psikologis sebagai warga pribumi yaitu : TERSISIHKAN.

Dan sebagaimana yang kita ketahui setiap kota mempunyai jalan provinsi dan jalan kabupaten. sebagaimana kita ketahui juga, perbandingan lebar jalan antara jalan provinsi dan kabupaten berbeda, padahal dari skala kuantiti arus dan volume kendaraan justru jalan kabupaten SETIDAKNYA harus sama lebarnya dengan jalan provinsi, karena akses ke arah pedesaan / kabupaten biasanya dilalui kendaraan-kendaraan besar seperti bus pariwisata, bus AKAP AKDP, truk, tronton dan lain-lain. Tak ayal lagi, situasi yang berjalan membuat tingkat kemacetan dijalan kabupaten semakin parah, jalan cepat rusak, banjir, polusi, panas dll. Sehingga perlu adanya kebijakan baru dan peraturan yang keras untuk merubah itu semua.

Diantara beberapa solusi, salah satu solusi kemacetan yaitu dengan pemerataan pembangunan baik desa dan kota, sehingga tidak ada lagi penumpukan jumlah industri, penumpukan jumlah tenaga kerja, penumpukan jumlah penduduk. Sehingga kita bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri.

(blogger)***